MAHASISWA KEPRI SOROTI : KEPULAUAN RIAU HARUS DI PIMPIN OLEH PEMIMPIN YANG TERUJI

banner 160x600

riaubertuah.id

Pekanbaru, riaubertuah.co - Meyoroti sejumlah persolaan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat kepulauan riau. Mulai dari persoalan ketahanan air, pemerataan pembangunan serta pertumbuhan ekonomi.

Salah satu yang kami soroti adalah persoalan pengelolaan air bersih, yang di kelola oleh Badan Usaha Milik Daerah Perusahaan Daerah Air Minum (BUMD PDAM) Tirta Kepri yang terkesan main-main dengan kebutuhan dasar masyarakat, bagaimana tidak, bisa di lihat kualitas air yang tidak bagus, rawan di gunakan untuk air minum, memasak dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Belum lagi soal distribusi air yang sering mengalami masalah, kebocoran, putus air dan lain sebagainya. Pemerintah Provinsi Kepri tampak tak begitu serius membenahi persoalan kebutuhan dasar Masyarakat. “ungkap raja

Kita bisa lihat contoh nyatanya di kabupaten bintan. Distribusi air bersih di sana berantakan, airnya tidak sehat serta tidak layak konsumsi. Pada saat intensitas curah hujan tinggi, maupun di musim kemarau, kondisi Pulau Bintan tetap potensial krisis air karena wadah penampung air (waduk) 'existing' belum mampu menampung air larian dalam jumlah yang tinggi. 

Melihat angka kebutuhan air minum   dari persentase jumlah penduduk di dalam RPJPD Pemkab Bintan yakni, 165.900 jiwa membutuhkan 22.892.820 liter per hari untuk di tahun 2023.Pada tahun 2025 dengan jumlah penduduk 171.265 orang diperkirakan kebutuhan air minum sekitar 23.634.570 liter per hari, tahun 2030 sekitar 188.217 orang membutuhkan

25.973.976 liter per hari.

Tentu harapannya dari persentase angka tersebut ,  pemerintah pemprov harus menentukan arah kebijakan yang ideal untuk percepatan pemenuhan kebutuhan akses air bersih . Ini berpengaruh terhadap indikator utama pembangunan yakni, peningkatan sarana dan prasarana tentang ketahanan untuk memastikan kapasitas air baku. Jika persoalan ketersediaan air bersih di Pulau Bintan ini tidak segera di tangani dengan serius, maka hal yang paling mengkhawatirkan tentu akan berpotensi menjadi krisis air. 

Tidak berhenti sampai di permasalahan air, dari sisi kesenjangan pertumbuhan ekonomi kepulauan riau masih melebar, meskipun pertumbuhan Kepri secara umum lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan nasional, namun pemerataan perekonomian belum dirasakan diseluruh Kabupaten.

Melihat perbedaan yang sangat mencolok antara kabupaten kota di kepulauan riau dengan kota Batam yang merupakan motor ekonomi di Kepri. Dimana pertumbuhan ekonomi yang berada Anambas, lingga dan natuna masih berkutat di angka 1 %. Dimana peran pemerintah provinsi di rasa masih sangat minim untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di 3 wilayah tersebut.

Semua tau bahwa kewenangan kabupaten kota saat ini sangat terbatas, pemanfaatan ruang laut misalnya, kewenangan ada di tangan pemerintah provinsi, harusnya dari dulu sudah banyak trobosan yang di lakukan pemerintah provinsi untuk memaksimalkan kekayaan sumber daya alam agar dapat mendorong kesejahteraan masyarakat. 

Kalau kami menilai pemerintahan provinsi kepri hari ini masih berjalan datar, kurang nyali dan trobosan, sehingga sumber-sumber pendapatan daerah yang harusnya bisa di dapatkan tidak di garap, banyak lari ke pusat karena tidak di urus dengan serius, seperti labuh jangkar, Hak 10 % saham wilayah kerja migas dan  bisa menggejot  pada sektor pariwisata dan potensi perikanan disemua kabupaten\kota.